Rabu, 02 Mei 2012

air dan tanaman


Air merupakan sumber kehidupan, tanpa air tidak ada makhluk yang dapat hidup. Begitu juga tanaman,salah satu unsur terbesar tanaman adalah air yaitu berkisar anatara 90% untuk tanaman muda, sampai kurang dari 10% untuk padi-padian yang menua sedangkan tanaman yang mengandung minyak , kandungan airnya sangat sedikit. penyiraman harus dilakukan teratur agar tidak kekurangan. Jika tidak disiram, tanaman akan mati kekeringan. Air merupakan bahan untuk fotosintesis, tetapi hanya 0,1% dari total air yang digunakan untuk fotosintesis. Air yang digunakan untuk transpirasi tanaman sebanyak 99 %, dan yang digunakan untuk hidrasi 1 %, termasuk untuk memelihara dan menyebabkan pertumbuhan yang lebih baik. Selama pertumbuhan tanaman membutuhkan sejumlah air yang tepat.
Air merupakan reagen yang penting dalam proses-proses fotosintesa dan dalam proses-proses hidrolik. Disamping itu juga merupakan pelarut dari garam-garam, gas-gas dan material-material yang bergerak kedalam tumbuhtumbuhan,melalui dinding sel dan jaringan esensial untuk menjamin adanya turgiditas, pertumbuhan sel, stabilitas bentuk daun, proses membuk dan menutupnya stomata, kelangsungan gerak struktur tumbuh-tumbuhan . Kekurangan air akan mengganggu aktifitas fisiologis maupun morfologis, sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan. Defisiensi air yang terusmenerus akan menyebabkan perubahan irreversibel (tidak dapat balik) dan pada gilirannya tanaman akan mati.
Suatu tanaman yang tumbuh dengan cepat terutama terdiri dari air bervariasi antara 70% dan 90%, tergantung pada umur, spesies, jaringan tertentu dan lingkungan.air dibutuhkan utuk bermacam macam fungsi.

Air di dalam tanah menurut Thorne dan Thorne { 1979 ) adalah salah satu faktor penting dalam produksi tanaman. Keberhasilan yang terjadi dalam sistem penanaman akan tercapai apabila diatur waktu dan jum!ah pemberian airnya. Air harus tersedia dalam tanah untuk menggantikan air yang hilang karena evaporasi dari tanah dan transpirasi dari tanaman. Air di dalam tanah selalu membawa nutrisi dalam larutannya untuk pertumhuhan tanaman dan berpengaruh pada aerasi dan suhu tanah.
Peranan air bagi kehidupan tanaman, antara lain:
a.       Air sebagai pelarut unsur hara di dalam tanah sehingga tanaman dapat dengan mudah mengambil hara tersebut melalui akar sebagai makanannya dan sekaligus mengangkut hara tersebut ke bagian-bagian tanaman yang memerlukan.
b.      Air merupakan salah satu komponen penting dalam proses fotosintesa, yaitu proses pembentukan karbohidrat dari air dan karbondioksida dengan bantuan sinar matahari.
c.       Hampir seluruh proses fisiologi tanaman termasuk reaksi-reaksi kimia berlangsung dengan adanya air.
d.      Di dalam tanaman air berfungsi mempertahankan ketegapan tanaman. Jika tanaman kekurangan air, maka tanaman akan layu dan kemudian mati.
e.       Air sebagai pengontrol suhu dalam tanaman pada saat terik matahari.

Air mengendalikan suhu tanaman dengan cara penguapan melalui stomata yang ada di permukaan daun (Najiyati dan Danarti, 1989). Kebutuhan air meliputi masalah persediaan air, baik air permukaan maupun air bawah tanah, begitu pula masalah manajemen dan ekonomi proyek irigasi. Kebutuhan air atyau evapotranspirasi merupakan dua istilah, yaitu : evaporasi dan transpirasi. Evaporasi adalahg penguapan air dari tanah yang berdekatan, sedangkan transpirasi merupakan penguapan air dari permukaan daun-daun tanaman ke atmosfer. Air yang disimpan dari embun, curah hujan atau irigasi siraman dan kemudian menguap tanpa memasuki tanaman merupaka bagian dari kebutuhan air (Hansen, Orson, Glen, 1979).
Banyaknya air yang dibutuhkan oleh tanaman tergantung dari jenis tanaman dan iklim saat tanaman itu tumbuh. Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah waktu dan cara pemberian air. Pemberian air tanaman yang baik adalah waktu menjelang siang hari, karena pada siang hari transpirasi berjalan dengan cepat, sehingga banyak sekali membutuhkan air. Pemberian air pada pagi hari dan sore juga dapat dilakukan, asalkan pada siang hari tanah masih mengandung cukup air. Periode pemberian air tanaman tergantung dari faktor iklim, jenis tanaman, tekstur tanah dan sistem irigasi (Najiyati dan Danarti., 1989).
Selama siklus hidup tanaman mulai dari perkecambahan sampai panen membutuhkan air. Tanaman yang sedang tumbuh menggunakan air terus menerus, tetapi besarnya pemakaian berbeda-beda sesuai dengan jenis tanaman, umur tanaman dan keadaa atmosfer. Pada setiap pemberian air irigasi, volume air yang memadai untuk mencukupi kebutuhan tanaman selama periode pertumbuhan berbeda-beda, air ditampung pada tanah yang tidak jenuh dalam bentuk air yang tersedia (Hansen, et. Al, 1979).
Menurut Najiyati (1989) bahwa pemberian air untuk tanaman harus memilih sistem irigasi yang paling tepat, pemilihan sistem irigasi tergantung pada kemiringan lahan, jenis tanah, jenis tanaman dan ketersediaan air.
Ketersediaan air akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman serta memperngaruhi hidup jasad renik dalam tanah. Struktur, porositas, kandungan bahan organik akan menentukan jumlah air di dalam tanah. Menurut Hansen et al. (1979) dalam usaha pemberian air irigasi perlu diperhatikan kemampuan tanah dalam menyerap air. Air tersedia bagi tanaman merupakan air yang terdapat diantara kapasitas lapang dan titik layu permanen. Kramer 1979 (dalam Rahadi Bambang dkk, 1999) berpendapat bahwa tingkat kelembababan tanah berpengaruh pada ketersediaan air. Air yang tersedia bagi tanaman antara 15-20 atmosfer, yaitu antara kapasitas lapang dan titik layu permanen.
Kapasitas lapang adalah keadaan tanah yang cukup lembab yang menunjukkan jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya gravitasi. Air yang dapat ditahan oleh tanah tersebut terus-menerus diserap oleh akar-akar tanaman atau menguap sehingga tanah makin lama makin kering. Pada suatu saat akar tanaman tidak mampu lagi menyerap air tersebut, sehingga tanaman menjadi layu, baik pada siang hari ataupun malam hari. Pada keadaan ini tanaman disebut titik layu permanen.
Terdapat lima mekanisme utama yang menggerakkan air dari suatu tempat ke tempat lain, yaitu melalui proses: difusi, osmosis, tekanan kapiler, tekanan hidrostatik, dan gravitasi.
a.      Difusi
Difusi adalah pergerakan molekul atau ion dari dengan daerah konsentrasi tinggi ke daerah dengan konsentrasi rendah.
b.      Osmosis
Osmosis adalah difusi melalui membran semipermeabel. Masuknya larutan ke dalam sel-sel endodermis merupakan contoh proses osmosis. Dalam tubuh organisme multiseluler, air bergera dari satu sel ke sel lainnya dengan leluasa. Selain air, molekul-molekul yang berukuran kecil seperti O2 dan CO2 juga mudah melewati membran sel. Molekul-molekul tersebut akan berdifusi dari daerah dengan konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Proses Osmosis akan berhenti jika konsentrasi zat di kedua sisi membran tersebut telah mencapai keseimbangan.
Osmosis juga dapat terjadi dari sitoplasma ke organel-organel bermembran. Osmosis dapat dicegah dengan menggunakan tekanan. Oleh karena itu, ahli fisiologi tanaman lebih suka menggunakan istilah potensial osmotik yakni tekanan yang diperlukan untuk mencegah osmosis. Jika anda merendam wortel ke dalam larutan garam 10 % maka sel-selnya akan kehilangan rigiditas (kekakuan)nya.
c.       Tekanan kapiler
Apabila pipa kapiler dicelupkan ke dalam bak yang berisi air, maka permukaan air dalam pip a kapiler akan naik sampai terjadi keseimbangan antara tegangan yang menarik air tersebut dengan beratnya. Tekanan yang menarik air tersebut disebut tekanan kapiler. Tekanan kapiler tergantung pada diameter kapiler : semakin kecil diameter kapiler semakin besar tegangan yang menarik kolom air tersebut.
d.      Tekanan hidrostatik
Masuknya air ke dalam sel akan menyebabkan tekanan terhadap dinding sel sehingga dinding sel meregang. Hal ini akan menyebabkan timbulnya tekanan hidrostatik untuk melawan aliran air tersebut. Tekanan hidrostatik dalam sel disebut tekanan turgor. Tekanan turgor yang berkembang melawan dinding sebagai hasil masuknya air ke dalam vakuola sel disebut potensial tekanan. Tekanan turgor penting bagi sel karena dapat menyebabkan sel dan jaringan yang disusunnya menjadi kaku. Potensial air suatu sel tumbuhan secara esensial merupakan kombinasi potensial osmotic dengan potensial tekanannya. Jika dua sel yang bersebelahan mempunyai potensial air yang berbeda, maka air akan bergerak dari sel yang mempunyai potensial air tinggi menuju ke sel yang mempunyai potensial air rendah.
e.       Gravitasi
Air juga bergerak untuk merespon gaya gravitasi bumi, sehingga perlu tekanan untuk menarik air ke atas. Pada tumbuhan herba, pengaruh gravitasi dapat diabaikan karena perbedaan ketinggian pada bagian tanaman tersebut relatif kecil. Pada tumbuhan yang tinggi, pengaruh gravitasi ini sangat nyata. Untuk menggerakkan air ke atas pada pohon setinggi 100 m diperlukan tekanan sekitar 20 atmosfer.

Peranan air bagi tumbuhan guna menjamin kelangsungan proses fisiologis dan biologi pertumbuhannya yaitu :
a.       Merupakan 90 – 95% penyusun tubuh tanaman
b.      Aktivator enzim
c.       Pereaksi dalam reaksi hidrolisis.
d.      Sumber H dalam fotosintesis
e.      Penghasil O2 dalam fotosintesis
f.        Pelarut dan pembawa berbagai senyawa
g.       Menjaga Ψp sel yang penting untuk pembelahan, pembesaran, pemanjangan sel, mengatur bukaan stomata, gerakan daun dan bunga (misal epinasti).
h.      Pemacu respirasi
i.         Mengatur keluar masuknya zat terlarut ke dan dari sel
j.        Mendukung tegaknya tanaman, terutama pada tanaman herbaceus
k.       Agensia penyebaran benih tanaman.
l.          Mempertahankan suhu tanaman tetap konstan pada saat cahaya penuh

Faktor-Faktor Mempengaruhi Kebutuhan Air Pada Tanama
a.       Jenis tanaman
 Bentuk dan Umur Tanaman Berdasarkan kebutuhan air, umumnya ada tiga jenis tanaman, yaitu:
ü  jenis Suka Air, memerlukan air yang cukup banyak untuk dapat hidup dengan baik, contohnya jenis Adiantum, Begonia, Calathea, Dracaena, Dieffenbachia, Monstera, Peperomia serta jenis pakis-pakisan.
ü  Jenis menyukai air dalam jumlah sedang, memerlukan air yang cukup tapi tidak berlebih untuk tumbuh dalam kondisi yang sehat, contohnya adalah Aglaonema, Anthurium, Philodendron, dan lainnya .
ü  Jenis menyukai§ sedikit air, merupakan jenis tanaman yang dapat tumbuh dengan baik dalam keadaan sedikit air, contohnya berbagai jenis tanaman sukulen, kaktus, Sansiviera, Chryptanthus dan lainnya.
Bentuk daun juga harus diperhatikan, jika daunnya besar dan tipis, berarti tanaman tidak kuat kondisi kering dan membutuhkan relatif lebih banyak air dalam penyiraman. Jika daun ada lapisan lilinnya berarti sedikit tahan akan kondisi kering. Daun kecil akan menghindari penguapan air saat siang hari. Akan tetapi penting pula diketahui jenis tanamannya, apakah tanaman menyukai air atau tidak.
b.      Lokasi dan Kondisi Sekitar Tanaman
Lokasi juga mempunyai andil dalam menentukan banyaknya air untuk penyiraman. Tanaman dalam pot yang diletakkan di bawah naungan dengan yang langsung di bawah sinar matahari akan mempunyai perbedaan kebutuhan air. Umumnya tanaman yang berada di daerah naungan membutuhkan jumlah air yang relatif lebih sedikit dari pada tanaman yang terkena sinar matahari langsung.
Peletakan tanaman pada sumber air membutuhkan air yang berbeda dengan yang diletakkan di tengah lapangan terbuka. Peletakan di dekat sumber air merupakan jenis tanaman yang menyukai kondisi air cukup banyak untuk pertumbuhannya. Jenisnya pun berbeda dengan tanaman yang tahan akan sinar matahari.
c.       Jenis Media Tanam Media
merupakan material yang bersentuhan langsung dengan akar, bagian tanaman yang sangat penting untuk penyerapan air dan unsur hara lainnya. Media tanaman yang umum digunakan adalah tanah, humus, sekam, cocopeat, pasir malang, dan akar pakis. Masing-masing mempunyai daya ikat air yang berbeda. Humus mengandung banyak sisa-sisa bagian tanaman yang membusuk. Biasanya bersifat menahan air. Tetapi jika diletakkan di area terbuka, humus mudah kering dan berbentuk serpihan2/butiran2 halus.
Sekam yang umumnya digunakan adalah jenis sekam biasa dan sekam bakar. Bentuknya yang berupa butiran-butiran sekam kasar membantu tanah dalam memperbaiki struktur tanah hingga menjadi remah-remah tidak padat sehingga air dapat mengalir dengan lancar. Untuk itu media tanam sekam murni relatif cocok untuk tanaman hias pada pot, atau campuran media tanam pada musim hujan agar air tidak merusak akar yang akan mengakibatkan busuk akar.  
Cocopeat relatif dapat menyimpan air hingga penggunaan media dengan campuran bahan ini sangat tepat saat musim kering, tetapi jangan biarkan media ini terlampau kering. Beda dengan pasir malang yang lebih bersifat tidak menahan air. Sangat cocok digunakan sebagai campuran media tanam pada musim hujan. Tak jarang untuk penanaman sering kali media tersebut dicampur dengan jumlah tertentu. Oleh karena itu penting mengetahui sifat media terhadap daya pegang air untuk mendapat media yang ideal dengan jenis tanaman yang hendak ditanam.
d.      Besar Kecilnya Pot
Terkait dengan tingkat kelembaban media dalam pot. Pot kecil akan mempunyai tingkat kelembaban yang lebih kecil jika dibandingkan dengan media pada pot yang besar. Tepai pot besar mempunyai kelebihan dalam pertumbuhan akar tanaman. Banyaknya ruang yang tersedia dapat memberikan ruang yang cukup untuk bernafasnya akar.
e.      Musim
Dua musim utama di Indonesia, musim kering dan musim hujan, akan mempengaruhi penyiraman terhadap tanaman. Musim kering tanaman harus diperiksa apakah memerlukan penyiraman satu-dua hari sekali sedangkan musim hujan apakah harus disiram setiap hari atau tidak.

Stress Fisiologis Tanaman
Stress air pada tanaman merupakan faktor utama dalam penghambatan produktivitas tanaman. Proses fisiologis selalu berhubungan dengan air. Hilangnya air dari jaringan tanaman dapat berpengaruh pada banyak hal, antara lain berkurangnya tekanan hidrostatik di dalam sel, meningkatnya konsentrasi makromolekul dan larutan dengan berat molekul kecil. Beberapa aktivitas fisiologis yang dipengaruhi oleh stress air antara lain sebagai berikut.
1.       Pembesaran dan Pembelahan Sel
Proses yang paling sensitif terhadap stress air adalah pertumbuhan sel. Pengaruh utama tampak pada proses fisis. Bila tekanan turgor sel jatuh akibat stress air, pembesaran sel juga menurun karena kehilangan tekanan di dalam sel. Turgor yang tinggi dalam jaringan kadang-kadang dijumpai pada malam hari dibanding dengan pada siang hari. Ketersediaan air tanah juga berpengaruh pada potensi air di daun dan juga perkembangan/perluasan daun. Stress air yang berkepanjangan dapat menghambat pembelahan sel (meristem) belum jelas apakah penghambatan tersebut secara langsung atau tidak langsung.
2.       Dinding Sel dan Sintesis Protein
Dinding sel tersusun sebagian besar dari selulosa yang merupakan penggabungan dari molekul glukosa. Sintesis substansi ini tertekan pada kondisi stress air. Dilaporkan juga penggabungan asam amino ke dalam bentuk protein juga dihambat oleh stress air, tetapi belum jelas bagaimana stress air berpengaruh terhadap sintesis protein.
3.        Enzim
Defisit air berpengaruh langsung terhadap level enzim. Pada kondisi stress yang moderat, level beberapa enzim meningkat, misal enzim hidrolase dan dehidrogenase. Pada umumnya stress air mengakibatkan menurunnya kadar enzim, terutama nitrat reduktase. Stress air berpengaruh pada turgor, apakah kemudian tekanan turgor juga berpengaruh terhadap enzim yang berada di plasma membran, masih menimbulkan pertanyaan, mungkin bahwa aktivitas ATP ase membran dikendalikan oleh besarnya turgor, yang juga dinyatakan bahwa potensial membran tergantung pada turgor.
Diduga bahwa perubahan potensial membran dimaksudkan agar jaringan tanaman dapat mengendalikan reaksi fisiologis, misal penyerapan bahan-bahan terlarut. Hubungan antara penyerapan sukrosa dan turgor telah disebutkan di depan. Hal yang serupa dijumpai pada hubungan antara turgor dan penyerapan K+ pada ganggang Velonia sp, penyerapan K+ meningkat bila turgor sel menurun dan sebaliknya. Dengan demikian nampak bahwa tekanan turgor memiliki fungsi ganda dalam proses pertumbuhan. Ia dibutuhkan untuk menekan dinding/membran sel untuk memberi fasilitas pemecah ikatan kimia dan tahap berikutnya mengendalikan bahan-bahan terlrut yang dibutuhkan untuk pertumbuhan.
4.        Hormon Tumbuhan
Hubungan antara stress air dan fitohormon sangat kompleks, misal pada kondisi stress air yang moderat cepat terjadi akumulasi asam absisik (ABA). Pada daun yang layu, nampak bahwa ABA pada level yang lebih tinggi terpelihara oleh adanya laju sintesis ABA dan metabolismenya. Akumulasi ABA menginduksi menutupnya stomata dan penghambatan transpirasi. Senesen pada tanaman dipercepat oleh ABA, fenomena senesen ini lebih cepat pada kondisi stress air dan hampir pasti berhubungan dengan sintesis dan kandungan ABA.
Pada tanaman kapas, stress air mempengaruhi perilaku etilin pada daun, produksi etilin terjadi di petiol tanaman kapas beberapa jam setelah meningkatnya defisit air, dan pada beberapa kejadian (tidak selalu) dijumpai bahwa produksi etilin menurun ketika mendapat air kembali.
5.       Aktivitas Fotosintesis
Stress air dapat menghambat membukanya stomata. Stress air yang ringan kecil pengaruhnya terhadap menutupnya stomata. Bila stress air ini berlangsung lebih hebat akan mengurangi penyerapan CO2, lebih dari itu fotofosforilasi dan fotolisis air juga akan terganggu. Kecepatan translokasi fotosintat dari daun ke bagian tanaman lainnya juga akan menurun, translokasi fotosintat ini memiliki respon yang lebih sensitif daripada fotosintesisnya ( lihat faktor yang berpengaruh terhadap fiksasi CO2 ).
6.        Kegaraman
Kegaraman tanah merupakan persoalan dalam produksi tanaman. Pada daerah arid dan semiarid perkembangan tanah dicirikan oleh tingginya kadar garam pada profil tanah. Tergantung pada kondisi spesifik, jumlah ion (Na+, Cl-, HCO3-, Mg2+, SO42- dan borat) mungkin berada di akar dalam rentangan konsentrasi yang tinggi sehingga berpengaruh pada pertumbuhan tanaman.
Pada umumnya keberadaan garam-garam terlarut dalam medium dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dengan dua cara. Pertama konsentrasi tinggi ion-ion tertentu dapat meracuni dan menginduksi gangguan fisiologis (misal Na+, borat), kedua garam-garam terlarut menekan potensi air dari medium dan berakibat terbatasnya penyerapan air oleh akar. Konsentrasi garam yang lebih tinggi di medium, cenderung meningkatkan penyerapan ion dan menurunkan potensial air dalam akar tanaman yang akan menstimulir penyerapan air dan akan meningkatkan turgor sel dan turgiditas jaringan tanaman. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan air yang dikenal dengan penyesuaian osmotik.
7.        Keracunan Garam
Kegaraman memberi pengaruh yang berbeda pada proses metabolisme, seperti misal asimilasi CO2, sintesis protein, respirasi ataupun fitohormon. Apakah hal ini merupakan pengaruh langsung sulit untuk dijawab. Keracunan dimulai dengan tidak seimbangnya ion dalam jaringan tanaman, seringkali dengan kelebihan dari Na+, tanaman dapat mengatasi kelebihan ini dengan cara mengeluarkan yang diserapnya atau sekresi ke vakuola. Proses pengaturan ini memerlukan tambahan energi, tanaman yang diperlakukan pada kondisi kegaraman menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi dan menguras cadangan karbohidrat yang lebih tinggi dibanding dengan tanaman pada kondisi yang tidak mengalmi kegaraman.
Tanaman yang menderita kegaraman juga miskin status nutrisinya. Hubungan antara ketersediaan energi dan kegaraman telah didemonstrasikan pada Chlorella dan Vicia faba. Dari dua kejadian tersebut diketahui bahwa pengaruh keracunan dari kegaraman NaCl kurang kuat bila tanaman ditumbuhkan di bawah intensitas cahaya yang tinggi dibanding dengan bila tanaman ditumbuhkan di bawah intensitas yang rendah. Pada kondisi intensitas tinggi tanaman dapat memelihara keseimbangan konsentrasi kation di dalam organ tanaman, berbeda dengan pada intensitas rendah, di mana dijumpai konsentrasi Na+ yang berlebihan dan K+ yang rendah. Ketidakseimbangan status ion, berkaitan dengan terganggunya asimilasi CO2.
Kekurangan energi sebagai akibat kegaraman akan berpengaruh pada berbagai proses yang membutuhkan energi, seperti asimilasi CO2, sintesis protein atau asimilasi nitrogen anorganik. Kondisi kegaraman membatasi sintesis sitokinin di akar dan translokasinya ke bagian atas tanaman dapat juga terhambat, sedang sintesis ABA justru akan meningkat pada kondisi kegaraman. Pada stress garam yang kuat, sitoplasma dapat terisi Na+ berlebihan yang dapat berpengaruh terhadap enzim dan organel dalam sitoplasma.
Toleransi tanaman terhadap garam sangat berbeda-beda antar spesies. Tanaman halofit mampu mengatasi konsentrasi elektrolit yang tinggi dalam medium karena penyerapannya yang dalam jumlah besar tersebut lalu diasingkan ke dalam vakuola. Mekanisme utama toleransi tanaman terhadap garam tergantung pada organ penampung ion anorganik. Sekresi aktif ion Na+ ke dalam vakuola akan melindungi sitoplasma terhadap konsentrasi Na+ yang tinggi.
Toleransi terhadap garam dapat juga dilakukan dengan cara reabsorpsi Na+ dari xylem ke bagian basal dari akar. Pada tanaman ekotipe, toleransi terhadap garam diujudkan dengan adanya akumulasi konsentrasi Na+ pada daun, walaupun akumulasi di daun bukanlah merupakan indikator terhadap toleransi garam.
8.        Penyesuaian Terhadap Suhu
Membran sel tersusun atas lemak lapis ganda, tiga lipida polar terdapat pada sebagian besar membran : fosfolipid, glukolipid dan sulfolipid yang jumlahnya lebih kecil. Dalam lipida polar, asam lemak rantai panjang bertindak sebagai ekor hidrofobik, yang berorientasi ke arah dalam membran. Variasi asam lemak dalam hal panjang rantai dan tingkat kejenuhannya (jumlah ikatan rangkai) berpengaruh terhadap titik cair.


KESIMPULAN

1.       Air bagi tanaman merupakan bahan untukØ fotosintesis, tetapi hanya 0,1% dari total air yang digunakan untuk fotosintesis. Air yang digunakan untuk transpirasi tanaman sebanyak 99 %, dan yang digunakan untuk hidrasi 1 %, termasuk untuk memelihara dan menyebabkan pertumbuhan yang lebih baik. Selama pertumbuhan tanaman membutuhkan sejumlah air yang tepat .Kebutuhan air bagi tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lainjenis tanaman dalam hubungannya dengan tipe dan perkembangannya, kadar air tanah dan kondisi cuaca
2.       peranan air bagi tumbuhan sangat besar diantaranya ;untukØ pemakaian evapotranspirasi ,di gunakan untuk proses asimilasi, sebagai pengangkut unsure harav , sebagai pengatur tegangan sel, dan sebagai bagian dari tanamaan baik sebagai penyusun jaringan ,maupun sebagai penolonng sifat sifat bahan-bahan penyusun jaringan tersebut.
3.       Kekurangan air bagi tanaman dapat menyebabkan aktivitas prposes vaktivitas dan fisiologis tanaman terhambat bahkan tidaka kan berjalan, tanaman yang kekuirangan air akan menyebabkan tanaman layu dan akhirnya akan menyebabkan kematian pada tanaman Karen jaringan-jaringan tanaman tidak lagi berfungsi dengan baik. Sedangkan kelebihan air pada tanaman akan meyebabkan permukaan tanah tempat tanaman hidup akan lembab karena kelebihan air, keaaadaan lembab tersebut akan memunculkan mikro organisme jamur yang akan mengakibatkan tumbuhnya penyakit bagi tanaman. 
DAFTAR PUSTAKA

Aak, 1983,Dasar-Dasar Bercocok Tanam,kanisus, Yogyakarta.

Arsyad sofyan.dkk,1983,Ilmu iklim dan Pengairan. C.v yasaguna.

Anita,arianti.“air dan tanaman”. http://id.shvoong.com/exact-sciences/agronomy-agriculture/2062364-air-dan-tanaman/2012/. (Akses 1 mei 2012).

Putri,Maulidia,eka. “bagaimana air dapat menyerap mineral dari dalam tanah?” http://www.forumsains.com/artikel/bagaimana-tumbuhan-menyerap-air-mineral-dari-dalam-tanah/. 2010/02/ “forum sains”/. (akses 1 mei 2012).

Klimatologi’s blog. “air dan tumbuhan”. http://klimatologi.wordpress.com/2009/01/21/air-dalam-tumbuhan/2009/01/21/. (akses 1 mei 2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar