rika armelia
bp 0910611023
fakultas peternakan
universitas andalas
PENDAHULUAN
Hari raya idul adha merupakan momentum yang di tunggu oleh umat muslim sedunia. Hal ini karena pada Idhul Adha ini merupakan hari mendekatkan diri kepada Allah dengan cara berkurban dan berhaji bagi umat muslim yang mampu atau bagi muslim yang sanggup. Sebagaimana dilakukan oleh nabi Ibrahim terhadap anaknya Ismail. Pada mimpinya Allah SWT menyuruh Ibrahim untuk menyembelih anaknya sendiri Ismail. Demi kecintaan Ibrahim kepada Allah SWT, beliau mengikuti perintah Allah SWT.
Mimpi itu disampaikannya kepada Ismail anaknya yang dikuruniakan Tuhan kepadanya di usia yang telah senja. Begitu besarnya pengorban yang akan di lakukan Ibrahim untuk memperlihatkan kecintaannya kepada Allah SWT. Ismail bersedia untuk disembelih demi penghambaannya kedapa Allah SWT.
Nabi Ibrahim yang diperintahkan untuk mengorbankan puteranya Ismail kepada Allah SWT, yang kemudian pada akhirnya berubah menjadi seekor domba untuk disembelih. Sejak saat itu umat Islam diperintahkan untuk berkurban hewan Domba,Sapi atau Unta setiap tanggal 10 Dzulhijjah, yang juga bertepatan dengan momentum ibadah Haji.
Hewan-hewan yang dikurbankan tersebut merupakan bukti cinta kepada Allah SWT, yang dijanjikan juga sebagai penghapus dosa-dosa umat Islam. Dengan berkurban, kita menyisihkan sebagian harta kita dalam bentuk hewan kurban yang disembelih ketika hari raya Idul Adha dan kemudian dibagi-bagikan kepada kaum yang membutuhkan.
Hingga sekarang perintah Allah SWT itu masih kekerjakan oleh muslim didunia. Meresapi makna dari berkuban berarti kita berbagi dengan orang lain. Dan memberikan sesuatu haruslah yang baik dan sehat serta halal. Begitupun dengan melakukan kurban pada hari raya haji ini, hewan seperti kambing, domba, sapi, kerbau dan onta haruslah hewan yang benar benar sehat yang tidak mengganggu kesehatan konsumen atau masyarakat yang memakannya, agar ibadah kita benar benar memberikan manfaat.
Fenomena disetiap perayaan kurban adalah pelaksanaan pemotongan hewan kurban. Hampir disetiap mesjid dilakukan pemotongan hewan kurban. Kita tau, tidak semua pelaksanaan kurban di Indonesia khususnya sumatera barat tidak diawasi oleh dokter hewan maupun praktisi peternakan. Dimana peranan dokter hewan ataupun praktisis peternakan adalah untuk memerikasa kesehatan ternak sebelum disembelih dan setelah disembelih.
PEMBAHASAN
Dari pelaksanaan tinjauan lapangan di daerah ini, penuis menemukan masih adanya terdapat hewan kurban yang terserang cacing dan adanya pemotongan hewan betina. Berdasarkan perundang undangan, hewan yang boleh dipotong adalah hewan yang:
a. Minimal sapi berumur 1.5 tahun.
b. Bukan sapi betina produktif.
c. Berbadan sehat dan tidak menderita penyakit yang dapat mengganggu kesehatan konsumen yang mengkonsumsinya.
Ada berbagai macam penyakit yang dapat kita temui pada ternak, ada penyakit zoonosis dan ada penyakit yng tidak menular pada manusia ataupun ternak lain. Kejadian yang kerap terjadi pada hewan kurban adalah ditemuinya hewan yang menderita cacingan. Berbagai macam cacing seperti fasciola hepatica, cacing ini penulis temukan pada saat memeriksa keberadaan cacing pada hewan kurban.
Untuk lebih jelasnya, penulis akan menguraikan tentang cacing yang penulis temukan pada saat terjun langsung kelapangan.
FASCIOLA HEPATIKA
Taksonominya:
Fasciola hepatica (Cacing Hati)
Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Klas : Trematoda
Ordo : Echinostomida
Genus : Fasciola
Spesies : Fasciola Hepatica
Fasciola hepatica (cacing hati ternak), bersifat hetmafrodit.
Siklus hidupnya adalah : Telur Þ Larva Mirasidium masuk ke dalam tubuh siput Lymnea Þ Sporokista Þ berkembang menjadi Larva (II) : Redia Þ Larva (III) : Serkaria yang berekor, kemudian keluar dari tubuh keong Þ Kista yang menempel pada tetumbuhan air (terutama selada air Þ Nasturqium officinale) kemudian termakan hewan ternak (dapat tertular ke orang, apabila memakan selada air) Þ masuk ke tubuh dan menjadi Cacing dewasa menyebabkan Fascioliasis.
Siklus Hidup
Patologi
Terjadi sejak larva masuk kesaluran empedu sampai menjadi dewasa. Parasit ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran empedu dan penebalan dinding saluran. Selain itu, dapat terjadi perubahan jaringan hati berupa radang sel hati. Pada keadaan lebih lanjut dapat timbul sirosis hati disertai asites dan edema. Luasnya organ yang mengalami kerusakan bergantung pada jumlah cacing yang terdapat disaluran empedu dan lamanya infeksi.
gejala dari penyakit fasioliasis biasanya pada stadium ringan tidak ditemukan gejala. Stadium progresif ditandai dengan menurunnya nafsu makan, perut terasa penuh, diare dan pembesaran hati. Pada stadium lanjut didapatkan sindrom hipertensi portal yang terdiri dari perbesaran hati, ikterus, asites, dan serosis hepatis.
Pengobatan
Pengobatan yang dapat diberikan antara lain:
a. Heksakloretan
- Heksaklorofan
- Rafoxamide
- Niklofolan
- Bromsalan yang disuntikkan di bawah kulit
Cara-Cara Pencegahan
a. Tidak memakan sayuran mentah.
- Pemberantasan penyakit fasioliasis pada hewan ternak.
- Kandang harus dijaga tetap bersih, dan kandang sebaiknya tidak dekat kolam atau selokan.
- Siput-siput disekitar kandang dimusnakan untuk memutus siklus hidup Fasciola hepatica.
Cacing hati akan berkembang pada tempat yang basah, oleh sebab itu kandang dan ternak harus terjaga dan terkontrol agar terhindar dari penyakit yang disebabkan oleh cacing.
Setelah mendapati adanya kasus hewan kurban yang terserang oleh fasiola hepatica, seharusnya hewan sebelum disembelih diperhatikan kesehatannya. Disinilah peranan seorang dokter hewan dan praktisi peternakan, agar keamanan konsumen terjaga saat mengkonsumsi daging ternak.
Dari 10 ekor ternak sapi dan 4 ekor klambing yang disembelih pada saat itu, penulis menemukan ada 3 ekor sapi yang terserang cacing fasciola hepatica, ternak sapi tersebut adala ternak sapi dari jenis sapi Bali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar