BIOTEKNOLOGI
DAN KEHIDUPAN
Oleh.
RIKA ARMELIA paralel 05
Dosen
pembimbing Bapak DR. RUSFIDRA, S.Pt , MP
Fakultas Peternakan Universitas Andalas
Bicara tentang
bioteknologi secara definisi, bioteknologi merupakan suatu metode dan suatu
tindakan yang terkontrol dan terarah dari fungsi – fungsi tubuh untu tujuan
perencanaan dan pengendalian suatu proses biologis yang dialami dalam produksi
ternak maupun untuk mendapatkan sesuatu pada makhluk hidup yang bertujuan
memberikan kemudahan untuk manusia. Bioteknologi
adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup (bakteri, jamur,
virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup (enzim, alkohol) dalam
proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Dewasa ini, perkembangan
bioteknologi tidak hanya didasari pada biologi semata, tetapi juga pada
ilmu-ilmu terapan dan murni lain, seperti biokimia, komputer, biologi
molekular, mikrobiologi, genetika, kimia, matematika, dan lain sebagainya.
Dengan kata lain, bioteknologi adalah ilmu terapan yang menggabungkan berbagai
cabang ilmu dalam proses produksi barang dan jasa.
Secara
umum, bioteknologi dapat dibagi kedalam cabang besar, diantaranya:
1. Bioteknologi
reproduksi
2. Bioteknologi
molekuler
3. Bioteknologi
pakan
4. Bioteknologi
keswan
Sejarah
bioteknologi dipelopori oleh para cendekiawan Islam pada zaman terkenal Islam
bermula dengan Ibnu Sina dan berakhir dengan Ibnu Rusyd di Spanyol. Seterusnya
bioteknologi mulai dipelopori oleh
ilmuan barat pada zaman kebangkitan
Barat berasaskan falsafah Greek sehingga Issac Newton. Bioteknologi
modern juga melibatkan beberapa saintis modern seperti Mendel, Leeuwenhoek dan
Banting. Era bioteknologi modern yang dipelopori Barat mencapai kegemilangan
melalui penemuan antibiotik dan menemukan insulin manusia yang diisolasi dari
bakteria E. Coli menggunakan teknik DNA rekombinan. Bidang ini seterusnya
berkembang dengan adanya teknologi baru yang diciptakan para ilmuwan dan juga
dengan inisiatif para pengusaha untuk membangunkan wadah, sarana diagnosis dan
bahan kimia baru telah berupaya mengdiagnosa penyakit yang tidak dapat diobati
sebelumnya. Perkembangan ini bukan saja dapat menjadi bidang bioteknologi
industri yang berpotensi besar dalam
menyumbang rupiah kepada penelitinya, malah dapat meningkatkan taraf perubahan
di negara kita. Selain itu, bioteknolgi tentang bidang terkini dalam
bioteknologi seperti terapi gen, PCR, kejuruteraan tisu, pengkloningan, sel
stem dan bioteknologi pangan. Diawal perkembangan bioteknologi hingga sekarang.
Secara
sederhana bioteknologi sudah dikenal dari zaman nenek moyang kita. Ini bukan
berarti nenek moyang yang disampaikan berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh teori Darwin. Bioteknologi awal dikenal terutama pada pembuatan makanan,
seperti adanya keju, hal ini terjadi karena ketidaksengajaan seseorang
meletakkan susu di dalam sebuah wadah, dan kemudian susu tersebut terjadi
fermentasi. Selanjutnya di iringi dengan penemuan–penemuan yang menggemparkan
dunia sains seperti adanya domba Kloning yang dilakukan oleh Willmut. Beberapa
uraian bioteknologi yang erat hubungannya dengan dunia peternakan danmemberikan
kemudahan dalam melaksanakan suatu pengembangan sains yang dapat diaplikasikan
dalam ilmu peternakan dan bidang kehidupan setiap harinya, diantaranya yaitu:
BIOTEKNOLOGI REPRODUKSI
Cakupan
ilmu tentang bioteknologi reproduksi dapat dibagi kedalam beberapa bagian
berdasarkan metode yang dilakukan manusia, pada kali ini kita khusu berbicara
pada bidang bioteknologi yang terjadi pada makhluk hidup tingkat tinggi,
seperti pada ternak yang dibudidayakan oleh manusia dari sejak lama.
1. Inseminasi
Buatan
Secara
definisi, Inseminasi buatan merupakan suatu kegiatan organisasi, teknis, sarana
penyediaan semen dari pejantan unggul, bimbingan dan penyuluhan peternak dan
pelaksanaan IB. Inseminasi Buatan pada dasarnya merupakan kegiatan deposisi
pemasukan semen ke dalam saluran reproduksi betina dengan menggunakan alat-alat
buatan manusia. Tujuan dari IB sendiri
adalah untuk menyebarluaskan bibit jantan unggul, sehingga untuk mendapatkan
bibit ternak yang unggul, peternak tidak harus membawa ternak jantan untuk
dikawinkan dengan betina, yang mungkin saja jarak antara betina yang akan
dikawinkan dengan penjantan unggul berjarak jauh sehingga resiko kematian pada
ternak dan tingginya biaya transportasi dapat di minimalisir.
Inseminasi
Buatan memiliki berbagai macam manfaat dan kelebihan, diantaranya yaitu dapat
meningktakan mutu genetik yang akan dilahirkan. Dengan IB peternak dapat
mengendalikan penyakit, maksudnya dengan adanya IB peternakan dapat mengurangi
resiko penyakit yang mungkin saja akan timbul akibat dilakukannya kawin alami.
IB dapat menekan biaya produksi pada suatu usaha peternakan, dimana untuk
mendapatkan bibit unggul, peternak tidak harus merawat dan memelihara pejantan
unggul yang membutuhkan biaya yang juga akan lebih besar dibandingkan dengan
tidak memelihara pejantan secara langsung. Dengan adanya IB, perkawinan dapat
dilakukan dengan perkawinan beda ukuran, seperti perkawinan antara pejantan
impor dengan betina lokal, namun peternak harus mempertimbangkan perkiraan
turunan yang akan muncul, jika di suntikkan semen pejantan limosin dengan
betina pesisir tentu saj ini dapat meningkatkan resiko distokia (kelahiran yang
tidak normal), salah satu resiko yang timbul bisa mengakibatkan kematian pada
anak atau induk dan bahkan dapat menyebabkan kematian pada kedua ternak
tersebut. Hal ini sangat harus diperhatikan sebelum melakukan IB. Dengan
program teknologi IB, peternak dan pelaku dunia peternakan dapat juga
mendapatkan manfaat perpanjangan dari manfaat pejantan unggul karena semen yang
didapat dari seekor ternak jantan unggul dapat dimanfaatkan sekaligus (bisa
jadi dalam waktu bersamaan) semen dari pejantan unggul tersebut.
Dalam
sebuah kegiatan pengembangan teknologi tentu saja tidak melulu bicara tentang
keuntungan, ada juga beberpa resiko yang juga berkemungkinan dialami, begitu
juga dengan teknologi IB, beberapa kerugian dari IB adalah, ada kemungkinan
terjadinya infeksi salah satu penyebab infeksi ini adalah tidak bersihnya kerja
inseminator atau alat yang digunakan tidak dibersihkan terlebih dahulu. Kadang
terjadinya inbreeding yang dapat merugikan bagi peternak, dimana kasus inbreeding
dapat memperburuk keturunan dari ternak tersebut. Dan hal yang lebih menakutkan
lagi adalah terjadinya kelahiran yang tidak normal (distokia), abortus, dan
tidak dapar mengatasi abnormalitas saluran reproduksi
Dalam
teknis melakukan IB itu sendiri dapat dilakukan dengan berbagai macam metode.
Terutama metode dalam pengambilan semen atau mengoleksi semen itu sendiri.
Berbagai metode tersebut yaitu dengan metode vagina buatan, metode
elektorejakulator dan metode masase. Metode yang paling banyak dilakukan oleh
inseminator untuk mendapatkan semen adalah dengan metode Vagina Buatan hal ini
karena dengan metode tersebut merupakan metode yang paling sedrhana dan efisien
dilakukan.
2. Transfer
Embrio
Transfer
embrio merupakan cara perkawinan dengan memproduksi embrio dalam jumlah yang
banyak pada satu kali periode dari betina donor unggul yang dipindahkan pada
resipien dan dipelihara sampai lahir. Transfer Embrio merupakan ilmu yang
mempelajari secara mendalam tentang embriologi. Yang dimaksud dengan embrio
adalah suatu makhluk hidup yang sedang berkembang dan belum mempunyai bentuk
yang definitif (mempunyai bentuk seperti dewasa). Faktor-faktor yang
mempengaruhi Transfer Embrio yaitu:
a. Faktor
primer
Superovulasi
yaitu seoptimal mungkin sel telur yang tebuahi (embrio). Hasil embrio yang
ditampung tercatat 0-70 sel telur, rata-rata 12 sek telur. Hasil dari
superovulasi bukan masalah kuantitas namun ini berkaitan dengan masalah
kualitas embrio yang ditampung adalah:
1. 15-20%
(unfertilisasi)
2. 20-30%
(degenerasi)
3. 30-40%
(untransferable embrio)
Penyebaran
embrio yang dipanen yaitu:
1. 10%
masih dalam bentuk telur
2. 70%
berada pada kurva apex uteri
3. 20%
berada pada cabang tanduk rahim (bifurtio uteri)
Embrio
dipanen pada umur 6-7 bulan, penentuan kualitas embrio sangat sulit dilakukan.
Penentuan resipien meliputi umur resipien, berat dan respon terhadap
sinkronisasi estrus.
b. Rangkaian
Sekunder
Mencakup
penyediaan resipien tidak sesuai dengan jumlah embrio. Penggunaan embrio beku
10 – 20% lebih rendah dari embrio embrio segar. Embrio beku akan mengalami
pencampuran dengan medium pembeku. Apabila tersisa 6 embrio, sedangkan hasil
pembilasan 2 embrio maka dapat dilakukan mikromanipulasi embrio untuk produksi
kembar identik.
3. Kloning
Kloning
merupakan bioteknologi dengan metode pengembangan makhluk hidup dengan cara
pengembangbiakan makhluk hidup yang persis sama dengan induknya tanpa
melibatkan perkawinan antara sel sperma dengan sel ovum.
Prinsip
pembentukan makhluk hidup yang baru dengan metode trasnfer gen. Transfer gen
dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:
a. Perkawinan
seksual (perkawinan)
b. Hibridasi
somatik dengan kromosom kelamin atau dengan kromosom somatis.
c. Rekayasa
genetika
Rekayasa berbasis genetika
diseleksi dan dipindahlan dari suatu organisme ke organisme lain dengan ada
harapan yang ingin dicapai.
Dengan
demikian pada prinsipnya bioteknologi merupakan pemanfaatan makhluk hidup
(mikroba, tumguhan, hewan) beserta sistemnya, sehingga menghasilkan bahan atau
sumber daya yang memiliki nilai tambah bagi kesejahteraan umat manusia.
Contoh
bioteknologi pada bidang peternakan, khususnya bioteknologi reproduksi adalah
inseminasi buatan (IB), transfer embrio (TE), pemisahan jenis kelamin, peisahan
spermatozoa X dan Y, In Vitro Fertilization (IVF) atau lebih dikenal dengan
bayi tabung, kloning dan sebagainya.
Di Bidang
peternakan khususnya sapi, bioteknologi reproduksi mulai berkembang pesat pada
tahun1970-an. Teknologi Inseminasi Buatan berperan penting dalam rangka
peningkatan mutu geneti dari segi pejantan. Sperma beku dapat diproduksi dan
digunakan dalam jumlah banyak cukup dengan memelihara pejantan berkualitas baik
dipusat IB.
Teknologi
transfer embrio yang diterapkan secara bersama dengan teknologi IB dapat
mengoptimalkan sekaligus potensi dari sapi jantan dan betina berkualitas
unggul. Kemajuan di Bidang manipulasi mikro, khususnya pembelian embrio sebelum
ditransfer pada resipien sangat bermanfaat bila ditinjau dari segi eknomi. Sapi
jantan lebih menguntungkan untuk usaha produksi daging., sedangkan sapi betina
lebih menguntungkan untuk usaha produksi susu. Untuk tujuan penentuan jenis
kelamin embrio, biopsi dapat dilakukan pada tahap embrional dan selanjutnya
embrio dapat langsung di transfer pada resipien tau disimpan dengan teknik
pembekuan.
Dalam
rangka meneruskan keturunan suatu individu, secara alamiah diperlukan suatu
proses perkawinan dimana jantan dan betina mutlai diperlukan. Jantan akan
menghasilkan sel kelamin jantan (sperma) dan betina akan menghasilkan sel
kelamin betina (sel telur). Pada hewan menyusui proses pembuahan dan
perkembangan selanjutnya terjadi di dalam tubuh induk sampai proses kelahiran.
Program
peningkatan produksi dan kualitas pada hewan ternak (dalam hal ini sapi)
berjalan lambat bila proses reproduksi dilakukan secara alamiah. Dengan
rekayasa bioteknologi reproduksi, proses reproduksi dapat dimaksimalkan antara
lain dengan teknologi Inseminasi Butana (IB). Transfer Embrio (TE), pembekuan
embrio dan manipulasi embrio. Tujuan utama dari teknik IB adalah memaksimalkan
potensi pejantan berkualitas unggul. Sperma dari sutau pejantan berkualitas
unggul dapat digunakan untuk beberapa ratus bahkan ribuan betina, meksipun
seprma tersebut dikirim kesuatu tempat yang jauh. Perkembangngan selanjutnya
adalah teknologi TE dimana bukan hanya potensi dari jantan saja yang
dioptimalkan, melainkan potensi betina berkualitas unggul juga dapat
dimanfatkan secara optimal. Pada betina untuk bunting hanya sekali dalam setahun
(9 bulan bunting dan persiapan bunting selanjutnya) dan hanya mampu
menghasilkan satu atau dua anak bila terjadi kembar. Dengan teknik TE betina
unggul tidak perlu bunting tetapi hanya berfungsi menghasilkan embrio yang
untuk selanjutnya bias ditransfer (dititipkan) pada induk titipan (resipien)
dengan kualitas yang tidak perlu bagus tetapi mempunyai kemampuan untuk
bunting.
Kematian
bukan lagi merupakan berakhirnya proses untuk meneruskan keturunan. Dengan
teknik bayi tabung (IVF), sel telur yang berada dalam ovarium betina
berkualitas unggul sesaat setelah mati dapat diproses diluar tubuh sampai tahap
embrional. Selanjutnya embrio tersebut ditransfer pada resipien sampai
dihasilkan anak. Produksi embrio dalam jumlah banyak (baik dengan teknik TE maupun
bayi tabung) ternyata juga dapat menghasilkan masalah karena keterbatasan
resipien yang siap menerima embrio. Untuk mengatasi masalah tersebut
dikembangkan metode pembekuan embrio.
Selain
berbagai teknik tersebut di atas, potensi dari hasil yang masih dapat
dioptimalkan dengan teknologi manipulasi mikro, penetuan jenis kelamin tahap
embrional, sexing sperma dan teknik kloning.
Dengan adanya teknologi pengembangan
makhluk hidup seperti yang telah disampaikan diatas, sehingga dapat bermunculan
produk baru yang aman untuk di produksi secara sains dan secara konsumtif.
Bioteknologi ini merupakan cabang ilmu yang memberikan kemudahan kita dalam
menyelesaikan sebuah urusan yang menyangkut keamanan dan kolaborasi ilmu sains
dengan apa yang ditakdirkan Tuhan. Upaya awal kloning
hewan dilakukan dengan menggunakan sel embrio. Inti DNA diekstraksi dari sel
embrio dan ditanamkan ke sel telur yang belum dibuahi. Proses pembuahan
dirangsang dengan memberikan kejutan listrik atau dengan bahan kimia tertentu.
Sel-sel yang berkembang kemudian ditanamkan ke rahim induk betina. Hewan
kloning yang dihasilkan memiliki ciri identik dengan sel asli. Sejak kloning
Dolly, saat ini dimungkinkan membuat kloning dari sel non-embrio.
Kloning hewan
dapat dilakukan baik untuk tujuan reproduksi dan non-reproduksi atau
terapeutik. Dalam kasus kedua, kloning dilakukan untuk menghasilkan sel punca
yang dapat digunakan untuk tujuan terapeutik, misalnya untuk penyembuhan atau
menciptakan organ yang rusak (tidak menduplikasi seluruh organisme). Sementara
kebanyakan ilmuwan menganggap kloning hewan sebagai terobosan besar, banyak
orang merasa tidak nyaman dengan ide itu karena alasan etika. Yang benar adalah
bahwa sebagian besar masyarakat umum tidak memahami apa sebenarnya kloning
sehingga menimbulkan kesalahpahaman. Di beberapa negara, kloning hewan
diperbolehkan, meskipun belum mengijinkan kloning manusia. Sedangkan sebagian
yang lain melarang kloning untuk tujuan terapi meskipun hal ini berpotensi
menyelamatkan banyak orang dari penyakit mematikan.
Proses kloning
bisa saja mengalami kegagalan seperti terjadinya cacat bawaan. Namun di sisi
lain, koning hewan berpotensi menyelamatkan spesies langka yang terancam
kepunahan. Sebagai sebuah terobosan baru, kloning masih tetap memicu
kontroversi dari pihak yang pro dan kontra hingga saat ini.
BIOTEKNOLOGI
PANGAN
Bioteknologi
dapat digolongkan menjadi bioteknologi konvensional / tradisional dan modern.
Bioteknologi konvensional merupakan bioteknologi yang memanfaatkan
mikroorganisme untuk memproduksi alkohol, asam asetat, gula, atau bahan
makanan, seperti tempe, tape, oncom, dan kecap. Mikroorganisme dapat mengubah
bahan pangan. Proses yang dibantu mikroorganisme, misalnya dengan fermentasi,
hasilnya antara lain tempe, tape, kecap, dan sebagainya termasuk keju dan
yoghurt. Proses tersebut dianggap sebagai bioteknologi masa lalu. Ciri khas
yang tampak pada bioteknologi konvensional, yaitu adanya penggunaan makhluk
hidup secara langsung dan belum tahu adanya penggunaan enzim.
Seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, para ahli telah mulai lagi mengembangkan
bioteknologi dengan memanfaatkan prinsip-prinsip ilmiah melalui penelitian.
Dalam bioteknologi modern orang berupaya dapat menghasilkan produk secara
efektif dan efisien. Dewasa ini, bioteknologi tidak hanya dimanfaatkan dalam
industri makanan tetapi telah mencakup berbagai bidang, seperti rekayasa
genetika, penanganan polusi, penciptaan sumber energi, dan sebagainya. Dengan
adanya berbagai penelitian serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
maka bioteknologi makin besar manfaatnya untuk masa-masa yang akan datang.
Susu dapat
diolah menjadi bentuk-bentuk baru, seperti yoghurt, keju, dan mentega.
1) Yoghurt
Untuk membuat
yoghurt, susu dipasteurisasi terlebih dahulu, selanjutnya sebagian besar lemak
dibuang. Mikroorganisme yang berperan dalam pembuatan yoghurt, yaitu
Lactobacillus bulgaricusdan Streptococcus thermophillus. Kedua bakteri tersebut
ditambahkan pada susu dengan jumlah yang seimbang, selanjutnya disimpan selama
± 5 jam pada temperatur 45oC. Selama penyimpanan tersebut pH akan turun menjadi
4,0 sebagai akibat dari kegiatan bakteri asam laktat. Selanjutnya susu
didinginkan dan dapat diberi cita rasa.
2) Keju
Dalam
pembuatan keju digunakan bakteri asam laktat, yaitu Lactobacillus dan Streptococcus.
Bakteri tersebut berfungsi memfermentasikan laktosa dalam susu menjadi
asam laktat. Proses pembuatan keju diawali dengan pemanasan susu dengan suhu 90oC
atau dipasteurisasi, kemudian didinginkan sampai30oC. Selanjutnya
bakteri asam laktat dicampurkan. Akibat dari kegiatan bakteri tersebut pH
menurun dan susu terpisah menjadi cairan whey dan dadih padat, kemudian
ditambahkan enzim renin dari lambung sapi muda untuk mengumpulkan dadih. Enzim
renin dewasa ini telah digantikan dengan enzim buatan, yaitu klimosin. Dadih
yang terbentuk selanjutnya dipanaskan pada temperature 32oC – 420oC
dan ditambah garam, kemudian ditekan untuk membuang air dan disimpan agar
matang. Adapun whey yang terbentuk diperas lalu digunakan untuk makanan sapi.
3) Mentega
Pembuatan
mentega menggunakan mikroorganisme Streptococcus lactis dan
Lectonostoceremoris. Bakteri-bakteri tersebut membentuk proses pengasaman.
Selanjutnya, susu diberi cita rasa tertentu dan lemak mentega dipisahkan.
Kemudian lemak mentega diaduk untuk menghasilkan mentega yang siap dimakan.
Di bidang
pangan, dengan menggunakan teknologi rekayasa genetika, kultur jaringan dan
rekombinan DNA, dapat dihasilkan tanaman dengan sifat dan produk unggul karena
mengandung zat gizi yang lebih jika dibandingkan tanaman biasa, serta juga
lebih tahan terhadap hama maupun tekanan lingkungan. Penerapan bioteknologi di
masa ini juga dapat dijumpai pada pelestarian lingkungan hidup dari polusi.
Sebagai contoh, pada penguraian minyak bumi yang tertumpah ke laut oleh bakteri,
dan penguraian zat-zat yang bersifat toksik (racun) di sungai atau laut dengan
menggunakan bakteri jenis baru.
Kemajuan di
bidang bioteknologi tak lepas dari berbagai kontroversi yang melingkupi
perkembangan teknologinya. Sebagai contoh, teknologi kloning dan rekayasa
genetika terhadap tanaman pangan mendapat kecaman dari bermacam-macam golongan.
Secara umum bioteknologi dikembangkan untuk kesejahteraan umat manusia.
Meningkatnya populasi manusia dan menipisnya Sumber Daya Alam yang ada membuat
manusia mau tidak mau harus menciptakan sesuatu yang baru yang dapat dengan
cepat diperoleh dengan meminimalisir dampak negatif yang mungkin timbul.
Dalam bidang
pangan, manusia terbantu dengan penemuan bioeknologi tersebut. Adanya
mikroorganisme yang membantu proses fermentasi / peragian membantu manusia
menghasilkanbahan-bahan pangan dan makanan yang sekarang ini bisa kita rasakan.
Masyarakat Indonesia telah lama menerapkan bioteknologi dalam kehidupan
sehari-hari. Berbagai macam makanan dan minuman yang kita konsumsi sehari-hari
memanfaatkan mikroorganisme dalam pembuatannya. Bioteknologi yang memanfaatkan
mikroorganisme untuk memproduksi alkohol, asam asetat, gula,
atau bahan makanan, seperti tempe, tape, oncom, dan kecap.
Mikroorganisme
dapat mengubah bahan pangan. Proses yang dibantu mikroorganisme, misalnya
dengan fermentasi, hasilnya antara lain tempe, tape, kecap, dan sebagainya
termasuk keju dan yoghurt. Proses tersebut dianggap sebagai bioteknologi masa
lalu. Ciri khas yang tampak pada bioteknologi konvensional, yaitu adanya
penggunaan makhluk hidup secara langsung dan belum tahu adanya penggunaan
enzim. Seperti contoh adalah bahan yang diolah dari susu anatara lain yogurt,
keju dan mentega. Yang berasal dari non susu antara lain kecap, tempe, tape,
dan minuman beralkohol seperti anggur dan tuak. Makanan dan minuman tersebut
banyak yang dibutuhkan tidak hanya oleh masyarakat menengah kebawah melainkan
juga masyarakat kalangan menengah keatas.
Selain
manfaat-manfaat baik diatas, tidak terlepas ula dari dampak buruk penggunaan
bioteknologi dalam bidang pangan. Produk rekayasa bidang telah menimbulkan
masalah yang serius. Berbagai upaya dilakukan untuk menanggulangi dampak
negatif penggunaan bioteknologi, misalnya perizinan dan pengawasan yang sangat
ketat dari pihak terkait kepada para peneliti yang ingin melakukan
penelitian-penelitian. Namun segala sesuatu akan kembali kepada individu
masing-masing. Nilai-nilai kemanusiaan, etika, moral, religius dan kesadaran
yang tinggi untuk menjaga dan mencintai lingkungan hidup yang nyaman dan asri
merupakan kunci utama dari penanggulangan dampak negatif penerapan
bioteknologi. Penggunaan hak dan kewajiban secara arif dan bijaksana sangatlah
diperlukan untuk meminimalisir dampak negatif yang mungkin timbul.
Bioteknologi
konvensional dalam bidang pangan banyak sekali dimanfaatkan oleh manusia.
Selain dapat menambah nilai guna dan harga suatu produk, juga banyak manfaat
yang didapat oleh masyarakat, baik dar segi financial sampai sosio-kultural.
Dari segi financial, bioteknologi dapat menambah nilai suatu produk sehingga
harganya bertambah. Dari segi social budaya, pembuatan tuak seperti di daerah
Tuban memberikan tambahan lapangan kerja bagi masyarakat dan budaya meminum
tuak untuk menghangatkan tubuh menjadi ajang berkumpulnya masyarakat sehingga
saling mendekatkan diri antar masyarakat dan menambah silaturrahim.
Belum lagi
makanan-makanan seperti keju dan mentega, yang seandainya tetap berwujud susu,
maka tidak akan tahan lama untuk disimpan. Akan tetapi dengan ditemukannhya bioteknologi,
maka susu tersebut bisa menjadi varian yang lain dan lebih bermanfaat. Namun
seberapa banyaknya manfaat atas bioteknologi, tidak terlepas pula atas dampak
negative yang bisa timbul seperti yang disebutkan di dalam isi makalah.
Sumber bacaan: