KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan dan rahmat kesehatan dan pemikiran sehingga penulis dapat menyelasaikan tugas pratikum ini, yang berjudul Sistem Budidaya Ternak Sapi Potong.
Ucapan terimaksih kepad kedua orangtua penulis yang telah memberikan dukungan penuh dalam pendidikan yang penulis jalani. Ucapan terimakasih kepada dosen yang telah memberikan ilmu kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan pratikum ini. Kemudian terimakasih kepada teman teman yang telah ikut berperan dan memberikan saran yang sangat membangun dalam penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari bahwa dengan keterbatasan yang ada, saran yang bersifat konstruktif akan diterima secara terbuka dalam proses untuk lebih sempurnanya skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat menambah referensi ilmiah dan bermanfaat bagi kita semua di masa yang akan datang.
Padang, 2 Februari 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar isi
BAB 1
Pendahuluan
Bab II
Subsistem input
Bab III
Sub Sistem Produksi
Bab IV
Sub Sistem Pengolahan Hasil
Bab V
Sub Sistem Pemasaran
Bab VI
Sub Sistem Lembaga
Bab VII
Penutup
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
Manajemen agribisnis merupakan kajian tentang usaha yang bersangkutan dengan segala jenis usaha yang berkaitan dengan usaha pertanian dan peternakan. Agribisnis memiliki mata rantai yang berawal dari input, on farm dan out put. Hal ini berkaitan dengan proses pengolahan masukan, pengolahan dalam menjalankan usaha dan pengolahan hasil atau produk dari suatu usaha dan kemudian dilakukan komersialisasi atau pemasaran. Sehingga produk dari proses usaha agribisnis dapat sampai ke tangan konsumen dan menjadi mata rantai dalam perputaran perekonomian.
Agribisnis ternak potong mempunyai prospek yang menjanjikan di Indonesia, di Indonesia berdasarkan hasil penelitian Institut Pertanian Bogor mencatat konsumsi daging tahun 2011 adalah 1,87 kg per kapita per tahun, sehingga untuk memenuhi kebutuhan daging sapi tahun 2012 adalah sekitar 448.800 ton masih harus impor 72.290 ton setara dengan 441.600 ekor sapi. Dari jumlah populasi sapi sebanyak 14,8 juta ekor tersebut, maka diperkirakan dari jumlah tersebut potensial stok yang dapat dipotong pada tahun depan 2,3 juta ekor. Pemotongan ternak setiap bulan sekitar 185.000-200.000 ekor sapi. Kebutuhan daging sapi 2012 sebanyak 448.800 ton, sehingga masih kekurangan 72.290 ton. Kekurangan daging sapi pada 2012 sekitar 72.290 ton setara dengan 441.600 ekor sapi.
Upaya pemerintah dalam mengantisipasi kenyataan ini sebenarnya sudah bisa dirasakan, dengan diadakannya program pemerintah melalui Sarjana Membangun Desa dimana lulusan sarjana peternakan diberikan kesempatan untuk membagikan ilmu dari perkuliahan melalui program menteri pertanian dengan program bantuan hibah ternak sapi pada kelompok petani peternak yang di ketuai oleh sarjana dari bidang peternakan atau kehewanan.
Adanya program Sarjana Membangun Desa ini, diharapkan daging sapi dari peternak lokal dapat memenuhi kebutuhan daging sebanyak 90%. Sehingga impor daging tidak lagi menjadi ketergantungan oleh pemerintah. Impor dapat secara bertahap dihentikan dengan adanya penggiatan program Sarjana Membangun Desa. Ditambah lagi dengan banyaknya sapi dari jenis ternak lokal yang dapat dikembangkan dan dilakukan pemuliabiakan terhadap ternak lokal sehingga dapat menghasilkan bibit yang unggul lokal untuk daerah tropis seperti Indonesia ini.
Pengembangan subsektor peternakan khususnya ternak sapi potong di Indonesia memiliki arti yang sangat strategis dan berperan penting dalam struktur perekonomian masyarakat maupun wilayah. Ternak sapi potong merupakan komponen penting dalam kehidupan keluarga tani karena berfungsi sebagai salah satu sumber pendapatan, modal, tabungan, sumber tenaga kerja pengolah lahan dan sumber pupuk kandang. Berbagai macam fungsi yang diperoleh petani dari usaha ternak ini memberikan gambaran strategis usaha ternak bagi petani.
BAB 2
PEMBAHASAN
- SUB SISTEM INPUT
Subsistem input dalam usaha peternakan sapi potong atau sapi pedaging memiliki peranan yang tak kalah penting dari peranan lainnya, sama seperti halnya peranan lingkungan dan peranan manajemen ternak pada sebuah usaha yang dijalani. Keberhasilan dalam memilih ternak sapi yang akan dipelihara akan sangat menguntungkan peternak karena turut menentukan keberhasilan usaha peternakan yang dikelola. Peternak harus memiliki kelihaian dalam memilih bibit yang baik dan unggul yang sesuai dengan tujuan dari usaha peternakan tersebut.
a. Penyediaan Bibit
Pemilihan ternak sapi idealnya disesuaikan dengan tujuan usaha peternakan yang akan dilaksanakan. Pada usaha peternakan sapi, ada berbagai macam usaha yang dapat dilakoni, seperti:
a. Sapi perah
b. Sapi pedaging
c. Penyediaan bakalan
d. Penyediaan pedet
e. Penyediaan induk
Dari berbagai jenis usaha yang dapat ditekuni ini, bisa didapatkan di pelajari berbagai jenis sapi yang dapat dijadikan sebagai bibit. Adanya tipe tipe sapi akan dapat mempermudah peternak dalam meningkatkan produktifitas usahanya.
Tipe – tipe dari sapi yang dapat dipilih adalah:
1. Sapi tipe pedaging
Ciri ciri sapi tipe pedaging:
a. Tubuh dalam, besar, dan berbentuk persegi empat atau balok.
b. Kualitas dagingnya maksimal dan mudah untuk dipasarkan.
c. Laju pertumbuhannya cepat.
d. Cepat mencapai dewasa.
e. Efisiensi pakannya tinggi.
2. Sapi tipe perah
a. Tubuhnya luas ke belakang seperti baji
b. Sistem dan bentuk perampingannya baik dan putingnya simetris.
c. Efisiensi pakan yang dialihkan untuk produksi susu tinggi.
d. Sifatnya baik dan jinak.
3. Sapi dwi guna
Tipe ini mempunyai ciri diantara dua tipe. Bila penggunaannya untuk penghasil susu dan daging, cirinya harus berada di antara tipe perah dan tipe pedaging. Begitu pula sebaliknya bila penggunaannya untuk penghasil daging dan kerja, ciri sapi harus berada di antara tipe pedaging dan pekerja.
Pemilihan Pedet Bakalan
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih bangsa sapi yang akan dipelihara, diantaranya adalah:
a. Mempertimbnagkan lokasi
b. Tujuan peternakan
c. Sifat mandiri dari setiap bangsa sapi.
Untuk memelilih pedet bakalan, ada beberapa ciri yang harus dimiliki pedet, terutaman yang berkaitan dengan aspek kesehatan pedet. Ciri – ciri pedet tersebut antara lain:
1. Mempunyai tanda telinga, artinya pedet tersebut telah terdaftar dan telah lengkap silsilahnya.
2. Matanya tampak cerah dan bersih.
3. Tidak terdapat tanda – tanda sering batuk, terganggu pernapasan, serta tidak keluar lendir dari hidungnya.
4. Kukunya tidak terasa panas dan bengkak bila diraba.
5. Tidak terlihat adanya eksternal parasit pada kulit dan bulunya.
6. Tidak terdapat adanya tanda tanda mencret pada bagian pangkal ekor dan dubur.
7. Kulit mulus dan tidak adanya tanda tanda kerusakan kulit atau kerontokan bulu.
8. Pusarnya bersih dan kering. Bila masih lunak dan tidak berbulu, pertanda pedet masih berumur kurang lebih dua hari.
b. Ketersediaan Bahan Pakan
dalam memilih bahan pakan, terdapat beberapa pengetahuan penting yang harus diketahui sebelumnya, yakni sebagai berikut:
a. Bahan pakan harus mudah diperoleh dan sedapat mungkin terdapat didaerah sekitar sehingga tidak menimbulkan masalah ongkos transportasi dan kesulitan mencarinya.
b. Bahan pakan harus terjamin ketersediaannya sepanjang waktu dan dalam jumlah yang mencukupi keperluan.
c. Bahan pakan harus mempunyai harga yang layak dan sedapat mungkin mempunyai fluktuasi harga yang tidak besar.
d. Bahan pakan harus diusahakan jangan bersaing dengan kebutuhan manusia yang sangat utama. Seandainya harus menggunakan bahan pakan yang demikian, usahakan agar bahan pakan tersebut hanya terdiri dari satu macam saja.
e. Bahan pakan harus dapat diganti oleh bahan pakan lain yang kandungan zat – zat makanannya hampir setara.
f. Bahan pakan tidak mengandung racun dan tidak dipalsukan atau tidak menampakkan pereaan warna, bau, atau rasa dari keadaan normal.
Dalam menyusun ransum, hal hal yang harus ditentukan terlebih dahulu adalah:
a. Bahan yang harus tersedia dan harus diketahui hasil analisis zat zat makanannya. Komposisi zat – zat makanan tersebut dapat diketahui dari daftar analisis zat makanan. Akan tetapi yang terbaik adalah hasil melalui analisis laboratorium.
b. Mengetahui kelas, tingkat umur, produksi, dan kondisi fisiologis ternak sapi yang bersangkutan. Dengan demikian, diketahui jumlah kebutuhan untuk hidup pokok, pertumbuhan, dan produksi.
c. Mengetahui data kebutuhan tiap zat makanan untuk keadaan ternak sapi yang bersangkutan.
d. Tentukanlah atas dasar apa penyusunan ransum tersebut dilakukan. Dapat melalui:
· Kandungan energi
· Kandungan protein
· Jumlah zat makanan dapat di cerna
· Dan lainnya
e. Harus diketahui margin of safety ( batas pemberian dari suatu bahan pakan yang tidak membahayakan ternak ) dari bahan pakan tersebut karena adanya faktor – faktor pembatas yang mempengaruhi kebutuhan akan pakan, seperti perbedaan kualitas bahan pakan, penyimpanan, pengolahan, ataupun suhu.
f. Usahakan bahan pakan terdiri dari atas bahan pakan sumber nabati dan bahan pakan sumber hewani agar dapat saling meutupi kekurangan.
c. Manajemen kesehatan ternak sapi potong
Dalam pengendalian penyakit, yang lebih utama dilakukan adalah pencegahan penyakit daripada pengobatan, karena penggunaan obat akan menambah biaya produksi dan tidak terjaminnya keberhasilan pengobatan yang dilakukan.
Usaha pencegahan yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan sapi adalah :
a. Pemanfaatan kandang karantina.
Usaha pencegahan yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan sapi adalah :
a. Pemanfaatan kandang karantina.
Sapi bakalan yang baru hendaknya dikarantina pada suatu kandang terpisah, dengan tujuan untuk memonitor adanya gejala penyakit tertentu yang tidak diketahui pada saat proses pembelian. Disamping itu juga untuk adaptasi sapi terhadap lingkungan yang baru. Pada waktu sapi dikarantina, sebaiknya diberi obat cacing karena berdasarkan penelitian sebagian besar sapi di Indonesia (terutama sapi rakyat) mengalami cacingan. Penyakit ini memang tidak mematikan, tetapi akan mengurangi kecepatan pertambahan berat badan ketika digemukkan. Waktu mengkarantina sapi adalah satu minggu untuk sapi yang sehat dan pada sapi yang sakit baru dikeluarkan setelah sapi sehat. Kandang karantina selain untuk sapi baru juga digunakan untuk memisahkan sapi lama yang menderita sakit agar tidak menular kepada sapi lain yang sehat.
b. Menjaga kebersihan sapi bakalan dan kandangnya.
Sapi yang digemukkan secara intensif akan menghasilkan kotoran yang banyak karena mendapatkan pakan yang mencukupi, sehingga pembuangan kotoran harus dilakukan setiap saat jika kandang mulai kotor untuk mencegah berkembangnya bakteri dan virus penyebab penyakit.
c.Vaksinasi untuk bakalan baru.
Pemberian vaksin cukup dilakukan pada saat sapi berada di kandang karantina. Vaksinasi yang penting dilakukan adalah vaksinasi Anthrax.
Beberapa jenis penyakit yang dapat meyerang sapi potong adalah cacingan, Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), kembung (Bloat) dan lain-lain.
Beberapa jenis penyakit yang dapat meyerang sapi potong adalah cacingan, Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), kembung (Bloat) dan lain-lain.
- SUBSISTEM BUDIDAYA DAN PRODUKSI
ü Penyiapan Sarana dan Peralatan
Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan.
Pembuatan kandang untuk tujuan penggemukan (kereman) biasanya berbentuk tunggal apabila kapasitas ternak yang dipelihara hanya sedikit. Namun, apabila kegiatan penggemukan sapi ditujukan untuk komersial, ukuran kandang harus lebih luas dan lebih besar sehingga dapat menampung jumlah sapi yang lebih banyak.
Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi.
Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alat kandang yang hangat.
Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahanbahan lainnya.
Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahanbahan lainnya.
Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5x2 m atau 2,5x2 m, sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8x2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5x1 m per ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah. Temperatur di sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m).
Kandang untuk pemeliharaan sapi harus bersih dan tidak lembab. Pembuatan kandang harus memperhatikan beberapa persyaratan pokok yang meliputi konstruksi, letak, ukuran dan perlengkapan kandang.
Kandang untuk pemeliharaan sapi harus bersih dan tidak lembab. Pembuatan kandang harus memperhatikan beberapa persyaratan pokok yang meliputi konstruksi, letak, ukuran dan perlengkapan kandang.
Konstruksi dan letak kandang
Konstruksi kandang sapi seperti rumah kayu. Atap kandang berbentuk kuncup dan salah satu/kedua sisinya miring. Lantai kandang dibuat padat, lebih tinggi dari pada tanah sekelilingnya dan agak miring kearah selokan di luar kandang. Maksudnya adalah agar air yang tampak, termasuk kencing
sapi mudah mengalir ke luar lantai kandang tetap kering.
Bahan konstruksi kandang adalah kayu gelondongan/papan yang berasal
dari kayu yang kuat. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat, tetapi agak
terbuka agar sirkulasi udara didalamnya lancar.
Termasuk dalam rangkaian penyediaan pakan sapi adalah air minum yang
bersih. Air minum diberikan secara ad libitum, artinya harus tersedia dan
tidak boleh kehabisan setiap saat.
sapi mudah mengalir ke luar lantai kandang tetap kering.
Bahan konstruksi kandang adalah kayu gelondongan/papan yang berasal
dari kayu yang kuat. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat, tetapi agak
terbuka agar sirkulasi udara didalamnya lancar.
Termasuk dalam rangkaian penyediaan pakan sapi adalah air minum yang
bersih. Air minum diberikan secara ad libitum, artinya harus tersedia dan
tidak boleh kehabisan setiap saat.
Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang. Pembuatan kandang sapi dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah/ladang.
a. Ukuran Kandang
Sebelum membuat kandang sebaiknya diperhitungkan lebih dulu jumlah sapi yang akan dipelihara. Ukuran kandang untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5 x 2 m. Sedangkan untuk seekor sapi betina dewasa adalah 1,8 x 2 m dan untuk seekor anak sapi cukup 1,5x1 m.
b. Perlengkapan Kandang
Termasuk dalam perlengkapan kandang adalah tempat pakan dan minum, yang sebaiknya dibuat di luar kandang, tetapi masih dibawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak/ tercampur kotoran. Tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi dari pada permukaan lantai.
Dengan demikian kotoran dan air kencing tidak tercampur didalamnya. Perlengkapan lain yang perlu disediakan adalah sapu, sikat, sekop, sabit, dan tempat untuk memandikan sapi. Semua peralatan tersebut adalah untuk membersihkan kandang agar sapi terhindar dari gangguan penyakit sekaligus bisa dipakai untuk memandikan sapi.
ü Pembibitan
Syarat ternak yang harus diperhatikan seperti yang telah dibahan pada subsistem input diatas.
Untuk menghasilkan daging, pilihlah tipe sapi yang cocok yaitu jenis sapi Bali, sapi Brahman, sapi PO, dan sapi yang cocok serta banyak dijumpai di daerah setempat. Ciri-ciri sapi potong tipe pedaging adalah sebagai berikut:
1. tubuh dalam, besar, berbentuk persegi empat/bola.
2. kualitas dagingnya maksimum dan mudah dipasarkan.
3. laju pertumbuhannya relatif cepat.
4. efisiensi bahannya tinggi.
ü Pemeliharaan
Pemeliharaan sapi potong mencakup penyediaan pakan (ransum) dan pengelolaan kandang. Fungsi kandang dalam pemeliharaan sapi adalah :
- Untuk menghindarkan terhadap lingkungan yang merugikan. Misalnya adanya angin langsung, air hujan dan terik matahari.
- Untuk mempertahankan kehangatan dalam kandang di waktu malam atau dingin. Hal ini bisa kita maklumi karena tubuh hewan itu sendiri mengeluarkna panas, sehingga adanya atap dan dinding, panas dalam kandang yang hilang lewat atap dan dinding bisa dikurangi.
- Mempermudah tatalaksana. Adanya kandang, semua tatalaksana seperti pemberian makan, air minum, memandikan akan menjadi lebih mudah.
- Mempermudah melakukan pengawasan dalam penggunaan makanan. Semua penggunaan makanan untuk maksu-maksud tertentu seperti untuk tujuan berproduksi, penggemukan. Lebih mudah diawasi dan dilakukan pencatatan-pencatatan.
- Mempermudah melakukan pengawasan terhadap pertumbuhan serta kemungkinan adanya gejala penyakit.
- Menghemat tempat dan mengurangi pengotoran di sembarang tempat.
- Mempermudah melakukan pengawasan terhadap gangguan keamanan seperti pencurian, gangguan binatang buas ataupun dari sesama kawan yang berbeda umur.
Sanitasi dan Tindakan Preventif
Pada pemeliharaan secara intensif sapi-sapi dikandangkan sehingga peternak mudah mengawasinya, sementara pemeliharaan secara ekstensif pengawasannya sulit dilakukan karena sapi-sapi yang dipelihara dibiarkan hidup bebas.
Pemberian Pakan
Pada umumnya, setiap sapi membutuhkan makanan berupa hijauan. Sapi dalam masa pertumbuhan, sedang menyusui, dan supaya tidak jenuh memerlukan pakan yang memadai dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
Pemberian pakan dapat dilakukan dengan 3 cara: yaitu penggembalaan (Pasture fattening), kereman (dry lot faatening) dan kombinasi cara pertama dan kedua. Penggembalaan dilakukan dengan melepas sapi-sapi di padang rumput, yang biasanya dilakukan di daerah yang mempunyai tempat penggembalaan cukup luas, dan memerlukan waktu sekitar 5-7 jam per hari. Dengan cara ini, maka tidak memerlukan ransum tambahan pakan penguat karena sapi telah memakan bermacam-macam jenis rumput.
Pakan dapat diberikan dengan cara dijatah/disuguhkan yang yang dikenal dengan istilah kereman. Sapi yang dikandangkan dan pakan diperoleh dari ladang, sawah/tempat lain. Setiap hari sapi memerlukan pakan kira-kira sebanyak 10% dari berat badannya dan juga pakan tambahan 1% - 2% dari berat badan. Ransum tambahan berupa dedak halus atau bekatul, bungkil kelapa, gaplek, ampas tahu. yang diberikan dengan cara dicampurkan dalam rumput ditempat pakan. Selain itu, dapat ditambah mineral sebagai penguat berupa garam dapur, kapus. Pakan sapi dalam bentuk campuran dengan jumlah dan perbandingan tertentu ini dikenal dengan istilah ransum.
Pemberian pakan sapi yang terbaik adalah kombinasi antara penggembalaan dan keraman. Menurut keadaannya, jenis hijauan dibagi
menjadi 3 katagori, yaitu hijauan segar, hijauan kering, dan silase. Macam hijauan segar adalah rumput-rumputan, kacang-kacangan (legu minosa) dan tanaman hijau lainnya. Rumput yang baik untuk pakan sapi adalah rumput gajah, rumput raja (king grass), daun turi, daun lamtoro.
menjadi 3 katagori, yaitu hijauan segar, hijauan kering, dan silase. Macam hijauan segar adalah rumput-rumputan, kacang-kacangan (legu minosa) dan tanaman hijau lainnya. Rumput yang baik untuk pakan sapi adalah rumput gajah, rumput raja (king grass), daun turi, daun lamtoro.
Hijauan kering berasal dari hijauan segar yang sengaja dikeringkan dengan tujuan agar tahan disimpan lebih lama. Termasuk dalam hijauan kering adalah jerami padi, jerami kacang tanah, jerami jagung, dsb. yang biasa digunakan pada musim kemarau. Hijauan ini tergolong jenis pakan yang banyak mengandung serat kasar.
Hijauan segar dapat diawetkan menjadi silase. Secara singkat pembuatan silase ini dapat dijelaskan sebagai berikut: hijauan yang akan dibuat silase ditutup rapat, sehingga terjadi proses fermentasi. Hasil dari proses inilah yang disebut silase. Contoh-contoh silase yang telah memasyarakat antara lain silase jagung, silase rumput, silase jerami padi, dll.
Hijauan segar dapat diawetkan menjadi silase. Secara singkat pembuatan silase ini dapat dijelaskan sebagai berikut: hijauan yang akan dibuat silase ditutup rapat, sehingga terjadi proses fermentasi. Hasil dari proses inilah yang disebut silase. Contoh-contoh silase yang telah memasyarakat antara lain silase jagung, silase rumput, silase jerami padi, dll.
Pemeliharaan Kandang
Kotoran ditimbun di tempat lain agar mengalami proses fermentasi (+1-2 minggu) dan berubah menjadi pupuk kandang yang sudah matang dan baik. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat (agak terbuka) agar sirkulasi udara didalamnya berjalan lancar.
Air minum yang bersih harus tersedia setiap saat. Tempat pakan dan minum sebaiknya dibuat di luar kandang tetapi masih di bawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak atau tercampur dengan kotoran. Sementara tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi daripada permukaan lantai. Sediakan pula peralatan untuk memandikan sapi.
- SUBSISTEM PENGOLAHAN HASIL
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi daging adalah
a. Pakan.
Pakan yang berkualitas dan dalam jumlah yang optimal akan berpengaruh baik terhadap kualitas daging. Perlakuan pakan dengan NPB akan meningkatkan daya cerna pakan terutama terhadap pakan yang berkualitas rendah sedangkan pemberian VITERNA Plus memberikan berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak sehingga sapi akan tumbuh lebih cepat dan sehat.
b. Faktor Genetik.
Ternak dengan kualitas genetik yang baik akan tumbuh dengan baik/cepat sehingga produksi daging menjadi lebih tinggi.
c. Jenis Kelamin.
Ternak jantan tumbuh lebih cepat daripada ternak betina, sehingga pada umur yang sama, ternak jantan mempunyai tubuh dan daging yang lebih besar.
d. Manajemen. Pemeliharaan dengan manajemen yang baik membuat sapi tumbuh dengan sehat dan cepat membentuk daging, sehingga masa penggemukan menjadi lebih singkat.
- SUBSISTEM PEMASARAN
Peternakan sebagai salah satu subsektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Usaha peternakan sapi potong di Indonesia khususnya menyangkut jalur pemasaran sapi potong belum banyak diatur oleh pemerintah. Usaha pemasaran sapi potong lebih banyak dikuasai oleh lembaga-lembaga pemasaran yang mempunyai skala usaha besar seperti perusahaan sapi, atau lebih dikenal dengan istilah feedlot, pedagang pengumpul dan jagal. Sapi potong merupakan salah satu komoditi peternakan yang dapat menghasilkan protein hewani. Berdirinya perusahaan-perusahaan peternakan sapi potong merupakan salah satu kondisi yang dapat membantu pemerintah dalam pembangunan peternakan sapi potong terutama dalam menyediakan daging sapi yang berkualitas, yang sesuai dengan kemampuan atau daya beli konsumen.
Di Jawa Barat usaha pemasaran sapi potong lebih banyak dikuasai oleh perusahaan sapi atau feedlot. Keberadaan feedlot di sisi lain sangat membantu petani dalam memasarkan ternaknya dan memudahkan petani mendapatkan uang tunai apabila peternak membutuhkan. Pemasaran ternak sapi potong dengan menggunakan jalur pemasaran dapat sampai di tangan konsumen.
Jalur pemasaran yang tidak efisien atau relatif panjang menyebabkan kerugian, baik bagi peternak maupun konsumen. Konsumen akan terbebani dengan beban biaya pemasaran yang berat sehingga membayar dengan harga yang tinggi. Sedangkan bagi peternak, perolehan pendapatan menjadi lebih rendah karena harga penjualan yang diterima jauh lebih rendah.
Tujuan kajian:
a. untuk menganalisis kondisi usaha sapi potong.
b. untuk mengetahui strategi pemasaran dalam perdagangan sapi potong.
c. untuk menyusun prioritas strategi pemasaran sapi potong.
- SUBSISTEM LEMBAGA PENDUKUNG
Perbankan, koperasi, lembaga riset, lembaga pendidikan (tenaga kerja), lembaga pemasaran memiliki peranan yang sangat vital dalam mensukseskan kegiatan dan perputaran perekonomian untuk peternak.
Ternak sapi potong merupakan komponen penting dalam kehidupan keluarga tani karena berfungsi sebagai salah satu sumber pendapatan, modal, tabungan, sumber tenaga kerja pengolah lahan dan sumber pupuk kandang. Berbagai macam fungsi yang diperoleh petani dari usaha ternak ini memberikan gambaran strategis usaha ternak bagi petani.
DAFTAR PUSTAKA